Selasa, 14 Juni 2011

Refleksi Metode Pengajaran dalam Al-Qur'an Part 2

Oleh : Moch. Sya'ban Abdul Rozak

Kemudian Allah pun mengabadikan firmannya dalam surat Al-Qori’ah ayat 1 – 3 yang berbunyi:

الْقَارِعَةُ (1) مَا الْقَارِعَةُ (2) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْقَارِعَةُ (3)

“Hari kiamat, Apakah hari kiamat itu?,Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu?”

Jika kita melihat selintas ayat – ayat ini merupakan ayat yang berhubungan dengan peristiwa dahsyat di kemudian hari yaitu hari kiamat yang pasti menjelma. Disini, penulis tidak akan mentafsirkan sesuai dengan apa yang dzohir dalam kata-katanya yaitu kiamat, akan tetapi berusaha untuk mengungkapkan amanah tarbawi yang terkandung. Lantas apa nilai pendidikan yang akan kita dapatkan dari ayat ini??, apakah seorang pengajar harus memakai metode pengajaran dengan pendekatan hari kiamat?, atau apa?.

Maka untuk menjawab pertayaan – pertanyaan tersebut, mari bersama kita renungkan nilai tarbawi dalam ayat ini dengan dimulakan pemusatan perhatian kita terhadap susunan kalimat yang ada dari tiga ayat ini.

Allah adalah maha guru bagi kita, kemudian Allah hendak mengajarkan kepada kita masalah – masalah yang sebelumnya kita tidak ketahui atau belum terjadi. Maka maha agungnya Allah mengajarkan semuanya ini secara bijak. Bagaimana tidak, pembelajaran dalam hal ini dilakukanya dengan apik, teratur dan ilmiah. Coba kita perhatikan, dalam ayat ini Allah akan menerangkan tentang Hari kiamat (القارعة), dan Ia tidak menerangkan secara langsung bahwa hari kiamat itu adalah peristiwa yang sangat besar, manusia seperti anai-anai yang berterbangan, dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.

Dengan dialog apiknya, Sebelum menerangkan itu semua, Allah mengungkapkan pertanyaan sebagai muqoddimah dalam menerangkan peristiwa yang dahsyat itu. Ungkapan ‘hari kiamat, apa itu hari kiamat?, apa yang engkau ketahui tentang hari kiamat??’ adalah sebagai bukti kemaha bijaksanaan Allah terhadap makhluknya.

Dalam kajian tarbawi, metodologi pengajaran seperti ini disebut sebagai metode hiwar (pertanyaan) yang mana bermaksud agar peserta didik lebih siap dalam menerima pelajaran yang kemudian mereka pun akan lebih aktif untuk bersama – sama memecahkan persoalan terkait pelajaran yang diajarkan. Selain itu dengan metode ini pun akan timbul rasa keingintahuan mendalam siswa, apa yang kemudian akan dipelajari dalam pembelajaran. Selain itu nilai pendidikan yang terkandung dalam ayat ini, mengharuskan kepada tenaga pengajar untuk melakukan apersepsi dalam memulai pembelajaran. Apersepsi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah pengamatan secara sadar (penghayatan) tentang segala sesuatu dalam jiwanya (dirinya) sendiri yang menjadi dasar perbandingan serta landasan untuk menerima ide baru. Dalam tataran pendidikan apersepsi adalah kegiatan mengulangi pelajaran-pelajaran terdahulu atau memberikan gambaran untuk kemudian disambungkan kepada pelajaran yang akan dipelajari pada saat itu.

Selanjutnya ayat yang berhubungan erat dengan metode pengajaran dalam al-qur`an adalah surat Ar-Rahman ayat 13 dengan isi ayat:

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (13)

Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman : 13)

Selintas ayat ini pun tak ada amanat tarbawi praktis dalam metode pengajaran. Namun jika kita menghitung ayat yang semisal maka akan ditemukan sebanyak 31 kali dalam surat ar-rahman ini. Dan pengulangan inilah yang kemudian menjadi nilai pendidikan yang dapat kita ambil manfaatnya dalam metode pengajaran.

Metode Takrir Tahdiri adalah namanya, yaitu metode pengulangan materi yang diajarkan. Namun bukan hanya pengulangan saja yang hendak ditonjolkan aka tetapi jauh lebih dari pada itu seorang pengajar atau tenaga pendidik harus memberikan penekanan terhadap sesuatu yang akan diajarkan kepada peserta didiknya. Dan hal ini telah Allah contohkan kepada kita semua melalui surat Ar-Rahman ini, yang bertujuan untuk menekankan nikmat Allah yang mana yang akan manusia dustakan. Maka metode ini mesti seorang pengajar lakukan dalam proses pembelajaran di kelas ataupun diluar kelas.

Terakhir ayat ynang mengemukakan metode pengajaran adalah surat Al-Waqi’ah ayat 68 – 69 yaitu:

أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ (68) أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ (69)

Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum?. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya? (Al-Waqi’ah 68-69)

Kandungan ayat ini sungguh begitu mendalam dan luas, terlebih keutamaan dari surat waqi’ah ini pun tidak begitu kalah dengan isi nya. Bayangkan saja keutamaan membaca surat Al-Waqi’ah ini ….

Namun disini penulis tidak akan terlalu banyak menjelaskan terkait dengan keutamaan dari surat Al-Waqi’ah akan tetapi lebih kepada penanaman tarbiyah dalam kesehariaan. Maka mari kita kembali perhatikan ayat ini dan ayat-ayat sebelum dan sesudah ayat ini, yaitu dari ayat 57 sampai 74. Disini Allah menerangkan bermacam keagungan ciptaannya dalam bentuk pertanyaan – pertanyaan yang jika dijawab maka akan terasa lemahlah manusia. Begitu maha cerdas dan sayangnya Allah sehingga manusia tidak dapat menjawab pertanyaan – pertanyaan itu, juga tidak memberikan kemadorotan terhadap makhluknya.

Dan pertanyaan-pertanyaan inilah yang dapat kita adopsi sebagai metodologi pengajaran. Yaitu hendaknya seorang pengajar menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan bukan kepada pemikiran otak peserta didik saja, namun sampai kepada perasaan hati mereka yang kemudian akan mendorong mereka untuk memahami setiap pelajaran yang diajarkan. Yang harapan selanjutnya mereka dapat merubah sikap kepada arah yang terbaik. Dan inilah metode pengajaran dengan sebutan Metode Hiwar ‘Atifi yaitu metode pertanyaan untuk menyentuh hati.

Maka inilah kiranya ayat-ayat yang dapat menjadi rujukan untuk menjadikan pembelajaran sukses dan efektif, tentunya dengan metode yang sesuai dengan kondisi dan situasi ruangan pembelajaran.

Dan sebenarnya masih banyak lagi ayat-ayat yang jika kita kaji lebih mendalam akan menemukan mutiara-mutiara tarbawi yang terkandung. Namun meskipun seperti itu semoga ayat-ayat diatas dapat memberikan secerah pawarna dalam kehidupan interaksi antara pengajar dengan para murid.

0 komentar:

Posting Komentar

 

KABAR TERKINI

KATA MUTIARA

GALLERY