Sabtu, 09 April 2011

ingatlah WAHAI MANUSIA....!!!


Kehidupan manusia pada intinya hanya untuk beribadah kepada Allah, namun terkadag manusia merasa angkuh dengan dirinya sendiri yang kemudian hal itu menutupi fitrah yang sebenarnya terpaut dan bersandar hanya kepada Allah. Menurut Imam Al Gazali dalam kitabnya Minhajul ‘Abidin empat faktor yang dapat menutupi diri dari keinginan untuk beribadah, mendekat, dan menyembah Allah adalah Dunia, Manusia, Syaitan dan Hawa nafsu.

Keempat faktor ini terkadang tertutupi oleh keangkuhan diri seorang manusia itu sendiri. Oleh sebab itu dari ini kemudian akan terjadi siklus yang mendasar yang bermula dari diri sendiri yang berakibat kepada diri, bahkan akan sampai kepada orang lain yang merasakan akibatnya. Tidak sedikit orang yang pada awalnya berniat untuk melaksanakan peribadahan kepada Allah, tetapi tatkala pada tataran pelaksanannya terkadang manusia menjadi berbelok. Maka pembelokan ini harus senantiasa kita indentifikasi apa permasalah yang menjadikan kita berbelok.

Marilah kita coba untuk melihat diri kita, diri ketika hati berbelok haluan, diri yang terasa berbolak balik tanpa tujuan. Kita mulai dari diri kita, indikator apa yang menyebabkan kita berubah haluan. Seperti yang telah dijelaskan dari awal bahwa terkadang penyebab utama dalam hal ini adalah diri kita yang lebih condong terhadap apa yang diarahkan.

Dunia, inilah salah satu yang menutupi keinginan seorang manusia untuk mendekat kepada Allah sebagai tuhan yang pada hakikat dan selayaknya manusia menyembah kepadanya. Indikator yang jelas terlihat dari pengaruh dunia ini adalah keterkaitan seoarang manusia dalam melakukan amalan sesuatu. Sebagai contoh manusia lebih mementingkan komitmennya dengan seorang rekan bisnis dalam suatu rapat dengan suatu perusahaan yang dapat memberikan keuntungan yang besar dari pada memenuhi seruan adzan dzuhur untuk melaksanakan kewajiban shalat. Padahal jika setiap orang mengetahui shalat dzuhur dapat mengantarkan yang mengamalkannya kepada keuntungan yang sangat besar. Contoh lain tatkala manusia disodorkan dengan dua bimbel, yang pertama les Al-Qur’an kemudian les bahasa Inggris, maka terkadang manusia memilih les Bahasa Inggris akan diambilnya meskipun dengan mengeluarkan kocek yang sperktrakuler besar, sedangkan al-qur’an yang notabene memberikan kontribusi investasi yang abadi tidak manusia pilih sebagai prioritas. Ini sebagai contoh dari sekian banyak contoh manusia dilenakan dengan adanya dunia.

Manusia terkadang menjadi penghalang juga bagi manusia yang lainya. Keberadaan manusia pada hakikatnya untuk beramar ma’ruf nahi mungkar, jadi sudah selayaknya antara manusia dan manusia yang lainnya harus senantiasa ber-watawashaobil haq wa shabr artinya adanya unsur ingat mengingati dalam kebaikan dan kesabaran, bukannya sebaliknya. Namun hakikat ini pun dapat dikalahkan dengan keangkuhan atas kebodohan diri manusia itu sendiri. Manusia tidak sadar ketika dia mengajak orang lain untuk melakukan hal-hal yang terlarang, itu merupakan langkah-langkah seorang manusia sudah menyalahi aturan atau hakikatnya sendiri. Ataupun ketika ada segolongan yang mengatas namakan sebagai pembawa kebenaran namun omongan-omongannya tidak mencerminkan kebenaran seperti apa yang dia ungkapkan, maka itu pun sudah termasuk manusia yang melanggar hakikatnya sendiri.

Faktor berikutnya masih terdapat pada eksternal manusia yaitu Syaitan. Syaitan adalah mahluk yang kerjaanya menggoda manusia dan membisikan hal-hal yang sesat kepada manusia. Dalam hal ini syaitan yang dimaksud adalah syaitan yang berwujud gaib, karena keberadaannya tidak dapat kita lihat namun dapat dirasakan. Dapat dirasaka karena mereka ada ditengah-tengah manusia. Indikator perasaan bahwa syaitan dapat dirasakan adalah taktala kainginan untuk berbuat baik itu menurun alias malas untuk beribadah, maka itu adalah tipu daya yang telah dilancarkan kepada diri seorang manusia. Namun terkadang syaitanpun dapat terdiri dari meraka yang berwujud, artinya syaitan yang dapat dilihat oleh mata kepala manusia, dia adalah syaitan yang berwujud manusia, karena itu sudah jelas Allah memaktubkan dalam kitabnya bahwa yuwaswisu fi suduurinnas, minal jinati wannaas.

Faktor yang terakhir yang menyebabkan manusia menyimpang atau berbelok dari jalur yang murni adalah datang dari internal diri manusia, yang mana ini kemudian menjadi hal yang sulit bin rumit untuk ditangkaskan pasalnya diri harus melawan diri. Sepertinya mudah namun padahal inilah yang paling sulit. Godaan dunia akan mudah ditangkal, begitupun manusia dan syaitan lebih mudah untuk dikendalikan. Namun beda halnya dengan yang satu ini yaitu hawa nafsu dia akan bersemayam dalam diri. Namun hawa nafsu ini tidak bisa selamanya dikambing hitamkan karena tatkala hawa nafsu ini terus menerus disalahkan maka akan terjadi pelupaan bahwa sesugguhnya hawa nafsu ini pun terkadang memberikan kontribusi yang positif terhadap diri manusia. Bayangkan jikalau manusia tidak mempunyai hawa nafsu maka manusia tidak pernah merasa lapar, manusia tidak akan pernah merasa butuh terhadap manusia yang lain yang berlainan jenis.

Hal yang perlu digaris bawahi dari faktor penting ini adalah bahwa hawa nafsu mempunyai peranan yang teramat penting, karena kemulian manusia akan terangkat bak awan di angkasa melebihi kemulian malaikat tatkala hawa nafsu yang ada pada diri manusia dapat dikendalikan kepada penyaluran hawa nafsu yang positif dan mulia, dan ini kemudian yang disebut dengan nafsu mutma’inah. Namun sebaliknya manusia akan lebih hina dari pada binatang ternak tatkala hawa nafsu yang jelek sudah menguasai diri manusia. Manusia bak robot yang dikendalikan bukan oleh hawa nafsu yang baik (mutma’inah) tetapi oleh nafsu amarah nafsu dimana manusia dihantarkan kepada kegundahan, ketidak jelasan, kesimpangsiuran, kekejian, kebencian dan lain sebagainya. Nafsu inilah yang kemudian setiap manusia harus senantiasa memeranginya.

Read more »

 

KABAR TERKINI

KATA MUTIARA

GALLERY