Sabtu, 18 Juni 2011

PACARAN itu boleh???? Bagian 1

Oleh : Moch Sya'ban Abdul Rozak

Apa yang kau pikirkan ketika saya mengungkapkan pertanyaan itu? Pastinya ada yang sedikit sensitif dengan ketidak setujuannya dan juga ada yang biasa-biasa karena menganggap itu suatu kelaziman dan kebiasaan seorang manusia.

Terlepas dengan kontroversi yang ada setuju atau tidak, yang jelas penulis ingin memberikan pandangan yang berbeda namun sedikit aneh bin nyeleneh.,,hee,, tau tidak pacaran itu kepanjangan dari apa??? Hayoo jawab...

Jika ingin PACARAN harus tau dulu apa itu PACARAN...nah penulis kasih tau deh apa itu PACARAN PAkai CARa-cara yang di anjurkAN,,hee,,sedikit maksa tapi keren juga kan??? Jadi menurut penulis pacaran itu ya boleh aza seeh..tapi sesuai dengan kepanjangannya harus memperhatikan aturan-aturan yang wajib diikuti. Nah inilah yang Rasulullah anjurkan kepada kita jika mau pacaran: tulis dan ingat-ingat ya???

Pertama : Hendaknya setiap mereka yang mau “PACARAN” menjaga pandangan matanya dari melihat lawan jenis secara berlebihan. Dengan kata lain hendaknya dihindarkan berpandangan mata secara bebas. Jauhkan mata yang jelalatan khawatir banyak jerawatan,,hee..perhatikan firman Allah berikut ini,

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ (30) وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ....

“ Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya,.....(terjemah QS.An-Nuur : 30 -31)

Awal dorongan syahwat adalah dari melihat, mungkin kita sering mendengar dari mata turun ke hati. Karena itu jagalah hati dengan senantiasa menjaga pandangan mata dari tipu daya syaitan yang terkutuk.

Dalam hal ini Rasulullah bersabda: “wahai Ali, janganlah engkau iringkan satu pandangan (kepada wanita yang bukan mahram) dengan pandangan lain, karena pandangan yang pertama itu (halal) bagimu, tetapi tidak yang kedua!” (HR. Abu Daud)

Jadi jangan sampai setelahnya kita melihat seorang perempuan dengan tanpa sengaja, lantas kita meneruskan pandangan kita untuk melihatnya terus, karena rasul khawatir saat itu syaitan membisikan kedalam hati kita untuk berbuat yang semestinya tidak dilakukan. Sering kita mendengar perzinaan atupun pelecehan seksual karena bermula dari pandangan. Maka jagalah pandangan mu!!

Kedua, hendaknya mereka yang akan “PACARAN” menjaga auratnya masing-masing dengan cara bebusana muslim/muslimah yang islami tentunya. Sacara khusus bagi wanita Allah berfirman,

....وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (31)

“....dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (terjemah QS An-Nuur : 31)

Dan dalam hal aurat pun Nabi memberikan rambu kepada kita yang harus diperhatikan, beliau bersabda:

(338) حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، عَنِ الضَّحَّاكِ بْنِ عُثْمَانَ، قَالَ: أَخْبَرَنِي زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَا يَنْظُرُ الرَّجُلُ إِلَى عَوْرَةِ الرَّجُلِ، وَلَا الْمَرْأَةُ إِلَى عَوْرَةِ الْمَرْأَةِ، وَلَا يُفْضِي الرَّجُلُ إِلَى الرَّجُلِ فِي ثَوْبٍ وَاحِدٍ، وَلَا تُفْضِي الْمَرْأَةُ إِلَى الْمَرْأَةِ فِي الثَّوْبِ الْوَاحِدِ» (رواه مسلم)

“tidak dibolehkan laki-laki melihat aurat (kemaluan) laki – laki lain, begitu juga perempuan tidak boleh melihat kemaluan perempuan lain. Dan tidak boleh laki-laki berkumul dengan laki-laki lain dalam satu kain, begitu juga seorang perempuan tidak boleh berkemul dengan sesama perempuan dalam satu kain.” (HR. Muslim)

Di Eropa sebagian negara sudah ada yang membolehkan nikah sesama jenis, padahal Rasulullah sudah mewanti-wanti dengan hadits tadi, bahwa melihat auratnya saja tidak boleh apalagi menikahinya. Na’uzubillah. Oleh sebab itu selayaknya orang muslim harus berbangga dengan sabda rasul ini karena rasul benar-benar memuliakan kita, baik laki-laki ataupun perempuan. Yang mana aurat itu hanya untuk diperlihatkan kepada suami atau istri kita kelak. Oohh begitu indah hidupku dengan islam..bagaimana denganmu??

Ketiga, bagi mereka yang mau “PACARAN” pastikan tidak berbuat sesuatu yang dapat mendekatkan diri dari perbuatan zina, pastinya sudah tau ayatnya qur’an surat al – isra ayat 32, gini nih bunyinya:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا (32)

dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (terjemah QS. AL-Israa : 32)

Contohnya berkhalwat (berdua-duaan) dengan lawan jenis yang bukan makhram, apalagi di tempat remang-remang, karena ternyata ketika kita berdua-duaan dengan si dia yang bukan mahram kita maka sesungguhnya ada yang menemani ketiganya, mau tau siapa? Mari kita Tanya pada Nabi:

Nabi bersabda, “barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah berkhalwat dengan seorang wanita (tanpa disertai mahramnya) karena sesungguhnya yang ketiganya adalah syaitan” (HR. Ahmad)

Astagfirullah berarti kala kita berdua-duaan ternyata ada syaitan di samping kita,,waaaah takuuut, pokoknya setelah baca hadits ini saya berkomitmen untuk tidak berdua-duaan lagi biar tidak deket dengan syaitan, saya pasti bisa, gimana denganmu?? (Bersambung ke bagian 2)

WARNING!!!! Ingat..Ingat...jangan pacaran dulu, sebelum bagian 2 terbit karna jika kamu melakukannya maka akan berakibat fatal pada kehidupan yang terindahmu..maka waspadalah...waspadalah...^_^

Read more »

Selasa, 14 Juni 2011

Refleksi Metode Pengajaran dalam Al-Qur'an Part 2

Oleh : Moch. Sya'ban Abdul Rozak

Kemudian Allah pun mengabadikan firmannya dalam surat Al-Qori’ah ayat 1 – 3 yang berbunyi:

الْقَارِعَةُ (1) مَا الْقَارِعَةُ (2) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْقَارِعَةُ (3)

“Hari kiamat, Apakah hari kiamat itu?,Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu?”

Jika kita melihat selintas ayat – ayat ini merupakan ayat yang berhubungan dengan peristiwa dahsyat di kemudian hari yaitu hari kiamat yang pasti menjelma. Disini, penulis tidak akan mentafsirkan sesuai dengan apa yang dzohir dalam kata-katanya yaitu kiamat, akan tetapi berusaha untuk mengungkapkan amanah tarbawi yang terkandung. Lantas apa nilai pendidikan yang akan kita dapatkan dari ayat ini??, apakah seorang pengajar harus memakai metode pengajaran dengan pendekatan hari kiamat?, atau apa?.

Maka untuk menjawab pertayaan – pertanyaan tersebut, mari bersama kita renungkan nilai tarbawi dalam ayat ini dengan dimulakan pemusatan perhatian kita terhadap susunan kalimat yang ada dari tiga ayat ini.

Allah adalah maha guru bagi kita, kemudian Allah hendak mengajarkan kepada kita masalah – masalah yang sebelumnya kita tidak ketahui atau belum terjadi. Maka maha agungnya Allah mengajarkan semuanya ini secara bijak. Bagaimana tidak, pembelajaran dalam hal ini dilakukanya dengan apik, teratur dan ilmiah. Coba kita perhatikan, dalam ayat ini Allah akan menerangkan tentang Hari kiamat (القارعة), dan Ia tidak menerangkan secara langsung bahwa hari kiamat itu adalah peristiwa yang sangat besar, manusia seperti anai-anai yang berterbangan, dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.

Dengan dialog apiknya, Sebelum menerangkan itu semua, Allah mengungkapkan pertanyaan sebagai muqoddimah dalam menerangkan peristiwa yang dahsyat itu. Ungkapan ‘hari kiamat, apa itu hari kiamat?, apa yang engkau ketahui tentang hari kiamat??’ adalah sebagai bukti kemaha bijaksanaan Allah terhadap makhluknya.

Dalam kajian tarbawi, metodologi pengajaran seperti ini disebut sebagai metode hiwar (pertanyaan) yang mana bermaksud agar peserta didik lebih siap dalam menerima pelajaran yang kemudian mereka pun akan lebih aktif untuk bersama – sama memecahkan persoalan terkait pelajaran yang diajarkan. Selain itu dengan metode ini pun akan timbul rasa keingintahuan mendalam siswa, apa yang kemudian akan dipelajari dalam pembelajaran. Selain itu nilai pendidikan yang terkandung dalam ayat ini, mengharuskan kepada tenaga pengajar untuk melakukan apersepsi dalam memulai pembelajaran. Apersepsi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah pengamatan secara sadar (penghayatan) tentang segala sesuatu dalam jiwanya (dirinya) sendiri yang menjadi dasar perbandingan serta landasan untuk menerima ide baru. Dalam tataran pendidikan apersepsi adalah kegiatan mengulangi pelajaran-pelajaran terdahulu atau memberikan gambaran untuk kemudian disambungkan kepada pelajaran yang akan dipelajari pada saat itu.

Selanjutnya ayat yang berhubungan erat dengan metode pengajaran dalam al-qur`an adalah surat Ar-Rahman ayat 13 dengan isi ayat:

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (13)

Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman : 13)

Selintas ayat ini pun tak ada amanat tarbawi praktis dalam metode pengajaran. Namun jika kita menghitung ayat yang semisal maka akan ditemukan sebanyak 31 kali dalam surat ar-rahman ini. Dan pengulangan inilah yang kemudian menjadi nilai pendidikan yang dapat kita ambil manfaatnya dalam metode pengajaran.

Metode Takrir Tahdiri adalah namanya, yaitu metode pengulangan materi yang diajarkan. Namun bukan hanya pengulangan saja yang hendak ditonjolkan aka tetapi jauh lebih dari pada itu seorang pengajar atau tenaga pendidik harus memberikan penekanan terhadap sesuatu yang akan diajarkan kepada peserta didiknya. Dan hal ini telah Allah contohkan kepada kita semua melalui surat Ar-Rahman ini, yang bertujuan untuk menekankan nikmat Allah yang mana yang akan manusia dustakan. Maka metode ini mesti seorang pengajar lakukan dalam proses pembelajaran di kelas ataupun diluar kelas.

Terakhir ayat ynang mengemukakan metode pengajaran adalah surat Al-Waqi’ah ayat 68 – 69 yaitu:

أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ (68) أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ (69)

Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum?. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya? (Al-Waqi’ah 68-69)

Kandungan ayat ini sungguh begitu mendalam dan luas, terlebih keutamaan dari surat waqi’ah ini pun tidak begitu kalah dengan isi nya. Bayangkan saja keutamaan membaca surat Al-Waqi’ah ini ….

Namun disini penulis tidak akan terlalu banyak menjelaskan terkait dengan keutamaan dari surat Al-Waqi’ah akan tetapi lebih kepada penanaman tarbiyah dalam kesehariaan. Maka mari kita kembali perhatikan ayat ini dan ayat-ayat sebelum dan sesudah ayat ini, yaitu dari ayat 57 sampai 74. Disini Allah menerangkan bermacam keagungan ciptaannya dalam bentuk pertanyaan – pertanyaan yang jika dijawab maka akan terasa lemahlah manusia. Begitu maha cerdas dan sayangnya Allah sehingga manusia tidak dapat menjawab pertanyaan – pertanyaan itu, juga tidak memberikan kemadorotan terhadap makhluknya.

Dan pertanyaan-pertanyaan inilah yang dapat kita adopsi sebagai metodologi pengajaran. Yaitu hendaknya seorang pengajar menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan bukan kepada pemikiran otak peserta didik saja, namun sampai kepada perasaan hati mereka yang kemudian akan mendorong mereka untuk memahami setiap pelajaran yang diajarkan. Yang harapan selanjutnya mereka dapat merubah sikap kepada arah yang terbaik. Dan inilah metode pengajaran dengan sebutan Metode Hiwar ‘Atifi yaitu metode pertanyaan untuk menyentuh hati.

Maka inilah kiranya ayat-ayat yang dapat menjadi rujukan untuk menjadikan pembelajaran sukses dan efektif, tentunya dengan metode yang sesuai dengan kondisi dan situasi ruangan pembelajaran.

Dan sebenarnya masih banyak lagi ayat-ayat yang jika kita kaji lebih mendalam akan menemukan mutiara-mutiara tarbawi yang terkandung. Namun meskipun seperti itu semoga ayat-ayat diatas dapat memberikan secerah pawarna dalam kehidupan interaksi antara pengajar dengan para murid.
Read more »

Jumat, 10 Juni 2011

Refleksi Metode Pengajaran dalam Al-Qur’an part 1

Oleh : Moch Sya’ban Abdul Rozak

Taukah anda Pondok Pesantren Darussalam Gontor di Ponorogo? Pondok ini telah menghasilkan orang-orang hebat di Negeri ini, sebut saja Hidayat Nurwahid mantan ketua MPR RI, atau ketua Muhammadiyah Din Syamsudin, dan lain sebagainya. Belum lagi para alumni – alumni yang menjadi pimpinan – pimpinan pondok pesantren di seluruh daerah yang tersebar di Indonesia.

Tidak salah memang pondok modern Gontor ini dapat menghasilkan kader-kader yang sangat luar biasa, karena memang metode pembelajaran yang digunakan dapat memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap santri-santinya. Dari sekian banyak motto yang dijadikan pegangan pondok ini, ada satu motto yang kurang lebih bermakana “dalam sebuah pembelajaran, Madah (Materi) menjadi hal yang sangat penting, akan tetapi Metode jauh lebih penting dari pada materi, Guru lebih penting dari metode.” Kemudian seorang master trainer Al-Qur’an metode albana Ust. Ambya Abu Fathin menambahakan Karakter Guru jauh lebih penting dari pada guru itu sendiri.

Dari motto tersebut mari kita garis bawahi ungkapan “akan tetapi Metode jauh lebih penting dari pada materi”. Jika kita memperhatikan dan mengkaji lebih mendalam ayat-ayat dalam Al-Qur’an, Allah banyak mengemukakan konsep-konsep metodologi pengajaran yang kemudian dapat diaplikasikan dalam pengajaran di dalam kelas, sekolah ataupun di kampus. Berikut akan penulis ungkapkan beberapa ayat yang berkenaan dengan metodologi pengajaran.

Pertama firman Allah dalam surat Jiin ayat 16

وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لأَسْقَيْنَاهُم مَّآءً غَدَقا (16 )

Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu , benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar .

Ayat ini mengemukakan bahwa jika kita tetap berjalan di jalan yang lurus, maka benar-benar kita akan diberikan air yang segar untuk diminum. Dan jika ayat ini ditafsirkan dalam penafsiran tarbawi atau ranah pendidikan, Maka paling tidak mempunyai dua pengertian, yaitu:

Pertama, bahwa jalan untuk mengantarkan kepada tujuan atau metode pengajaran haruslah bersifat istiqomah, artinya metode yang dipakai ini harus tepat sasaran, yaitu metode yang dikembangkan oleh seorang guru sesuai dengan siapa peserta didiknya. Jikalau peserta didiknya itu adalah siswa Sekolah Dasar (SD) maka janganlah memakai metode untuk mahasiswa atuaupun sebaliknya. Maka kemudian akan muncul kewajiban untuk seorang guru itu mengetahui karakteristik peserta didiknya secara global atau terperinci. Dalam hal ini istiqomah dapat diartikan juga Proposional, artinya dapat menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya.

Kedua, hendaknya seorang guru mengetahui Ruh atau inti pembelajaran dari setiap pelajaran atau mata kuliah yang diajarkan. Misalnya kita mengetahui bahwa matematika adalah pelajaran yang didalamnya terdapat perhitungan-perhitungan maka ruh dari matematika ini salah satunya adalah perhitungan, kemudian pelajaran bahasa Inggris ruh nya adalah bagaimana seseorang itu bisa berbicara dengan bahasa inggris. Maka ketika seorang guru sudah mengetahui ruh dari setiap pelajaran, tidak akan terjadi ketimpangan dalam menggunakan metode pengajaran yang dipakai. Tidak akan terjadi seorang guru bahasa Inggris mengajarkan bahasa Inggris dengan metode perhitungan yang notabenenya hal itu dipakai dalam pelajaran matematika ataupun sebaliknya.

Selain itu metode pengajaran yang diungkapkan dalam al-Qur’an terdapat dalam surat Ali Imran ayat 164

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُّبِينٍ )ال عمران : 164)

Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

Ungkapkan dalam ayat ini adalah bahwa manhaj atau metode Nabi dalam menyampaikan pengajaran kepada orang – orang beriman / sahabat-sahabanya kala itu adalah dengan memakai tiga cara;

Pertama, metode Tilawah atau membacakan. Dalam kajian bahasa Arab arti membaca itu paling tidak ada dua kata. Tilawah dan Qoro’a keduanya berarti mambaca, namun jika kita perhatikan lebih dalam, makna yang terkandung didalamnya sangat berbeda. Qoro’a berarti hanya membaca saja, sedangkan tilawah selain membaca ada pengungkapan makna yang dibaca. Jadi Qoro’a belum tentu Tilawah, tapi tilawah maka sudah tentu ada unsur qoro’a. jika melihat pemaknaan ini maka sangat kelirulah adanya MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur’an) yang didalamnya hanya ada unsur membaca saja. Maka dalam hal ini Allah mengungkapkan dengan kata tilawah karena nabi membacakan ayat-ayat Allah disertai mengungkapkan isi dari setiap ayat yang dibacakanya.

Kedua, setelahnya nabi membacakan kandungan dari setiap ayat, kemudian orang-orang beriman sudah faham, maka metode selanjutnya yang dipakai adalah metode Tazkiyah atau metode pembersihan hati. Penyucian dari kesirikan, kedengkian dengan menanamkan tauhid dan aqidah yang salim kepada setiap peserta didik. Penanaman aqidah yang benar ini penting disampaikan kepada setiap peserta didik apapun materi yang diajarkanya, apakah matematika, bahasa inggris, fisika, ekonomi dan lain lain. Karena metode pembersiahan hati ini dapat membantu bagi setiap guru dalam menyampaikan ilmu kepada peserta didik secara efektif dan tepat sasara.

Setelah itu, metode yang ketiga yaitu metode Ta’limul kitab wal Hikmah yaitu menyampaikan ilmu dalam kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (As-Sunnah). Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Al-Qur’an itu bersifat global, isi-isi yang terkadung dalam Al-Qur’an masih bersifat universal (umum). Maka penyampaian materi dalam metode ini dapat dilakukan dengan menjelaskannya secara global. Misalnya seorang Ustadz akan mengajarkan Shalat maka langkah awalnya jelaskanlah shalat itu secara global, bahwa shalat wajib bagi setiap muslim, shalat dapat menjauhkan seseorang dari sifat mungkar dan lain sebagainya. Nah adapun Hikmah (As-Sunnah) berperan setelah adanya penjelasan dari kitab atau Al-Quran, karena karakter dari As-sunnah itu adalah terperinci, maka penjelasan terkait dengan materi yang diajarkannya pun setidaknya harus diperinci. Jika kembali kepada contoh yang tadi maka seorang ustadz meneruskan penjelasaan terkait shalat secara terperinci, bagaimana syarat sah shalat, apa saja yang membatalkan shalat dan lain sebagainya. (akhir part 1,, bersambung)

Read more »

Selasa, 07 Juni 2011

BEWARA SARASEHAN BINDER

Assalaamu'alaikum wr.wb

Undangan spesial kepada seluruh aktifis BINDER PROGRAM TUTORIAL UPI BANDUNG dari angkatan 1 (2004) ampe angkatan 13 (2010) untuk menghadiri acara "SARESEHAN BINDER" dengan tema " PERKOKOH UKHWAH MENUJU JALAN DAKWAH"

Insya Allah acaranya akan dilaksanakan pada :
Hari : Sabtu, 7 Rajab 1432 H / 11 Juni 2011 M
Tempat : Aula ITC alfurqan
Waktu : Pukul 07.30 s/d 11.30

Untuk informasi lebih lengkap bisa menghubungi :
- Ikhwan : 085223415935/083890841639
- Akhwat : 085320696896
kami tunggu kehadirannya, atas perhatiannya kami ucapkan Jazakumullah khairan katsiira
BINDER!!bisa, bisa, bisa, yes!!Allaahuakbar!!!

Wassalaamu'alaikum wr.wb.

NB :
1. BERLAKU UNTUK SEMUA ANGKATAN BINDER ( BAGI YANG MASIH AKTIF DI KAMPUS ataupun yang sudah lulus pokoknya dari angkatan 1 ampe 13 wajib dateng)
2. BAGI YANG SUDAH MEMBACA INFORMASI DI ATAS, MAKA WAJIB UNTUK MENYEBARKANNYA KEPADA REKAN-REKAN BINDER YANG LAINNYA. SYKRAN!!

and bagi sahabat yang memerlukan data anggota binder dari angktan 1 - 13 silahkan download KLIK DISINI.
Read more »

Senin, 06 Juni 2011

Apa yang kita Tunggu???

Moch. Sya'ban Abdul Rozak

Nampaknya perjalanan hidup manusia saat ini semakin hari semakin menurun tingkat kualitasnya. Entah apa yang terjadi dalam diri setiap manusia yang hidup dari zaman ke zaman. Padahal jika kita melihat tujuan diciptakannya manusia hidup di dunia adalah untuk meningkatkan taraf kehidupan, artinya semakin manusia itu silih berganti dari generasi ke generasi maka kualitas diri pun mestinya memuncak tinggi.

Khalifah dan Ibadah itulah tujuan diciptakanya manusia. Tentunya ibadah kepada Allah sang pencipta jagad raya alam semesta. Namun terkadang tujuan mulia lagi indah ini dinodai oleh manusia itu sendiri. Manusia lupa akan hakikat dirinya, entah apakah mereka dilupakan oleh manusia lain ataukah mereka sendiri yang melupakan hakikat dari semua ini. Yang jelas, Allah sudah begitu jelas dan gamblang mendeskripsikan kehidupan manusia yang seharusnya di jalani, yang jika ditelusuri lebih dalam, sebenarnya ia memiliki jalan kebahagiaan dan kemenangan bukan hanya di dunia namun kelak sampai akhirat.

Sejenak marilah kita renungkan, apa sebenarnya yang kita tunggu? apakah kita menunggu saat – saat pernikahan yang begitu indah menghampiri kita?, padahal banyak diantara manusia yang belum sempat mengucapkan akad pernikahan dihadapan wali tercintanya. Terus Apakah kita menunggu datangnya kelebihan dalam harta atau dengan kata lain kita menunggu kaya?, padahal banyak yang miskin namun tidak sempat mengecap nikmatnya kekayaan, atau bahkan yang kaya pun tidak bisa menikmati kekayaannya karna dia harus terbaring di rumah sakit. Atau apakah kita menunggu hari tua yang indah menjelma?, padahal banyak para pemuda yang tidak dapat merasakan hari tuanya.

Semuanya itu dapat terjadi pada diri kita atau bahkan semuanya akan segera sirna karena pada hakikatnya yang kita tunggu adalah kematian. Setiap jiwa manusia kini sedang mengantri bak hewan kurban yang akan di sembelih oleh para penjagal, begitulah hidup manusia yang sebenarnya pernikahan, kekayaan dan masa tua tidak akan menjelma lantaran kematian sudah di pelupuk mata.

Maka apalagi orientasi kita hidup di dunia selain kembali kepada perintah tuhan sang pencipta, yaitu menjadi khalifah dan beribadah, artinya semua aspek kehidupan kita pastikan hanya untuk beribadah kepada Allah. Kita menikah bukan hanya sebagai kebutuhan biologis seorang manusia saja, namun niat suci untuk beribadah adalah tujuan utamanya, berniat untuk menjauhkan diri dari perbuatan zina, dan menghasilkan anak cucu untuk mewarisi risalah suci para nabi. Kita bekerja bukan hanya untuk menutupi kebutuhan sehari – hari tapi lebih mulia dari pada itu yaitu bekerja untuk beribadah kepada Allah, agar dapat bershadaqah dan berinfak lebih istiqomah dan lebih besar lagi. Kitapun menjalani setiap episode dalam kehidupan bukan hanya menunggu hari tua, tetapi mengisi detik demi detik untuk beribadah yang menjadi bekal tuk hari tua yang indah.

Maka ketika setiap insan didunia mengetahui hakikat ini semua. Mustahil akan terjadi perzinaan, hamil sebelum menikah, permusuhan karena berebut harta, tahta dan wanita. Atau bahkan pembunuhan akibat semua prilaku jahat manusia. Namun yang terjadi, sebaliknya manusia akan hidup rukun harmonis, saling mencintai, berkasihsayang, menghormati dan saling tolong menolong.

Dan inilah gambaran masyarakat madani, masyarakat yang cinta Allah, masyarakat yang taat dan indah di pandang oleh mereka yang memandang.

Terus apalagi yang kita fikirkan? Ayo marilah kita bergegas untuk memperbaharui niat dari setiap aktifitas kehidupan kita, jadikan semuanya hanya untuk Allah. Dan motivasilah diri ketika terlupa dan terhilapdengan mengingat antrian kita yang semakin dekat yaitu kematian. Gambarkan dalam benak kita, apakah kala itu Allah menakdirkan kita mati?, karna sesungguhnya ketika pun kita tidak menginggat dan menggambarkannya, kematian akan tetap menjelma. Tidak melihat siapa dia, sedang apa dia, atau dimanapun dia, jika sudah saatnya maka ketika itu berakhirlah kenikmatan dan kefanaan dunia yang selama ini ia jalani.

Selagi hayat masih di kandung badan marilah kita berubah, dan renungkan apa yang kita tunggu??

Read more »

 

KABAR TERKINI

KATA MUTIARA

GALLERY