Oleh : Abu Mursi Abdul Ghoni
Satu pekan lebih Indonesia kehilangan putra
terbaiknya, seorang putra Indonesia yang mampu memberikan motivasi dan
Inspirasi kepada setiap ummat Islam bahkan dapat menembus ruang ras, suku,
bangsa dan agama. Hal ini ia lakukan untuk mengamalkan salah satu firman Allah
yang menggambarkan dakwah Rasulullah saw: “wamaa arsalnaka Illaa rahmatan
lill ‘alamiin” dan kami utus engkau (Muhammad) untuk memberikan kasih
sayang kepada seluruh alam semesta. Dan
kini beribu pasang mata manusia di Indonesia bahkan di dunia ini, menyaksikan
pengamalan firman Allah ini oleh salah seorang pemuda berusia 40 tahun yaitu
Al-Ustadz Jefri Al-Buchari.
Uje itulah panggilan akrabnya, 40 tahun malang
melintang hidup di dunia ini dengan sekelibat lika liku kehidupan yang
dijalaninya. Dimulai dari masa kecil yang penuh dengan presatasi yang gemilang
dalam agama, Uje kecil sudah fasih dalam membaca Al-Qur`an bahkan ia pernah
menjuarai MTQ tingkat Nasional. Memang jiwa islami telah tertanam dari kecil,
buah dari tarbiyah kedua orangtuanya.
Namun bertambahnya umur Uje, tidak diiringi
bertambahnya akhlak yang baik yang ia miliki, Ia malah berkempung dengan dunia
gelap yang ia lakoni beserta rekan-rekan artisnya. Menurut keterangan Uje ia
pernah mabuk-mabukan, main wanita sampai narkoba. Bahkan ibunya pernah
mengatakan “jangan bilang aku Ibu” saking Uje tak dapat diatur. Hal ini sangat
bertolak belakang sekali dengan kebiasaan kecilnya yang rajin mengaji, sholeh
dan berbakti pada orangtua. Namun secercah cahaya ditengah hirup pikuk itu
muncul disela-sela aktifitasnya tatkala sholat berjamaah dengan rekan-rekannya
Ujelah yang dipercaya menjadi Imam, dan luarbiasa sikap tegas tatkala
rekan-rekannya itu menjadikan shalat sebagai lelucon Uje malah menceramahi
mereka dengan kata-kata: “kalau masalah ibadah harus serius jangan main-main”.
Setelah itu, Uje menghilang entah kemana,
rekan-rekannya tak tahu Ia ada dimana, hingga ia datang mengagetkan
rekan-rekannya itu dengan berpakaian jubah yang panjang pakai sorban dan
berjanggot sangat lebat. Dan itulah pertobatan Uje dari dunia kelam menuju dunia
terang benderang, Ia menjadi seorang Da’i dalam Islam dengan keunikan cara
dakwahnya yang menyentuh semua kalangan hingga non muslimpun banyak yang
tersentuh.
Kurang lebih 12 tahun Uje berdakwah di negeri
Indonesia ini banyak hal yang kita dapatkan dari dakwah-dakwahnya. Dan akhirnya
Allah swt lebih sayang kepadanya Uje wafat dalam kecelakaan tunggalnya di
Jakarta Jum’at dini hari tanggal 26 April 2013. Kepergian Uje ditangisi oleh
oleh rakyat Indonesia, semua tokoh memberikan bela sungkawanya sekaligus
ta’jiah menuju rumah dan pekuburannya. Namun apa boleh dikata Allah memiliki
skenario indah dengan wafatnya beliau. Apakah sekenario yang indah itu?
Dalam tulisan ini penulis ingin mengungkapkan
analisis sekenario itu yang kemudian ini menjadi suatu hikmah yang dapat
diambil oleh setiap insan di dunia ini.
·
Pertama, apa yang ditakdirkan Allah swt pasti tak ada
yang sia-sia, pasti ada hal yang dapat diambil pelajaran dan hikmahnya.
· Kedua, dengan wafatnya Uje yang belakangan tenyata
memiliki kebiasaan-kebiasaan mulia ini terungkap apa saja kebiasaan-kebiasaan
itu yang kala Uje hidup tidak teungkap.
· Ketiga, masyarakat akhirnya membuka mata dan ingin
mendengarkan seraya mengatakan ‘ooh subhanallah ternyata Uje itu orangnya
seperti ini-seperti itu’ dan dari yang berbicara itu semuanya bernada
positif. Dan ini tatkala Uje masih hidup kata-kata itu hanya diucapkan oleh
segelintiran orang saja.
Inilah tiga himah yang penulis tangkap dari
wafatnya almarhum Uje. Wafatnya sebagai takdir dari Allah swt meski pada malam
itu sudah banyak sahabat dan keluarganya yang melarang Uje ceramah naik motor
gedenya, karena sudah banyak firasat akan kewafatan Uje. Ingat Rasulullah saw
bersabda: “Waspadalah terhadap firasat seorang
mukmin. Sesungguhnya dia melihat dengan nur Allah." (HR. Tirmidzi dan
Ath-Thabrani). Dan ternyata ketika takdir Allah itu sudah harus menghampiri Uje, tiada
satupun orang yang dapat menghalanginya. Allah kuasa atas segalanya.
Jika Anda saksikan manakala Uje wafat kemudian
Uje disholatkan sampai dikuburkan, banyak sekali para pelayat yang mendatangi
rumahnya, mengantarkan, menshalatkan dan menguburkan jenazahnya. Ini pertanda
Uje memiliki kharisma positif dihadapan masyarakat Indonesia, perlu diingat
bahwa kita hidup bukan banyaknya orang mengenal kita, namun kita hidup
bagaimana orang mengenal kita, artinya meskipun banyak orang yang mengenal kita
namun kenalnya orang terhadap kita gara-gara kenakalan, kebrutalan atau bahkan
kejahatan kita maka banyaknya itu semuanya tak mendatangkan manfaat terhadap
kita. Sebaliknya meskipun sedikit orang yang mengenal kita dan mereka mengenal
terhadap kebaikan kita maka disanalah letak keberuntungan terhadap kita.
Apalagi jika banyak orang yang mengenal kita dan mereka kenal dengan kebaikan
kita, itulah yang kita saksikan buktinya akhir-akhir ini. Uje,,betul dialah
orangnya. Semoga Allah berkahi kehidupannya dan berikan tempat yang terbaik di
akhirat.
Dengan wafatnya Uje banyak orang yang
diingatkan bahwa hidup harus berbagi kebahagian antara sesama. Dengan itu pula
banyak orang yang dingatkan bahwa hidayah dan rahmat Allah sangatlah luas,
seorang Uje yang dahulu adalah pecandu dan pemabuk kemudian bangkit dari
keterpurukan untuk mendapatkan rahmat dan hidayah Allah dan terbukti dengan
kesungguhannya ia wafat insyaallah dalam khusnul khatimah. Tentu rahmat dan
hidayah Allah bukan haya untuk Uje saja tapi bagi setip makhluk yang hidup di
dunia ini, baik muslim ataupun non muslim, dengan syarat kita sungguh-sungguh
mendapatkan hidayah dan rahmat Allah.
Terakhir, suatu ketika Uje di wawancarai oleh
wartawan, dan ditanyai kepadanya apakah keluarga Anda siap kalau dijadikan
teladan bagi setiap keluarga-keluarga di Indonesia?, kemudian Uje menjawab “aah
saya hanya manusia biasa banyak salahnya berat kalau harus menjadi teladan bagi
masyarakat banyak. Taladan kita kan sudah ada, Rasulullah itulah teladan kita,
beliau sudah dijamin Allah masuk syurga, beliau juga ma’sum dari kesalahan.
Maka teladanilah beliau.” Ujarnya. Kerandahan hati seorang Uje terlihat dari
lontaran kata yang diungkapkannya dan ini bertanda bahwa beliau mengajak
masyarakat untuk meneladani Rasulullah saw sebagai panutan setiap aspek
kehidupan kita di dunia. Bayangkan ummatnya saja seperti keluarga Uje sangat
harmonis dan dipenuhi ketenangan serta keberkahan dan itu kita saksikan
bersama, apalagi diri dan keluarga Rasulullah saw sebagai panutan Uje maka akan
semakin sempurna dan paripurna, oleh sebab itu mari kita teladani Rasulullah
saw.
Wallahua’lam, selamat jalan Uje, moga kau
diberikan tempat yang terbaik disisi-Nya dan Jannah menjadi tempat abadi yang
kau tempati.[]