Selasa, 01 November 2011

CATATAN PENTING untuk para AKTIVIS DAKWAH


Oleh : Moch. Sya’ban Abdul Rozak

Bermunculannya beragam fenomena yang berkaitan dengan kehidupan manusia hari ini, telah menyebabkan semakin kompleksnya Qodhoya umat muslim, hal ini berimplikasi juga kepada rumitnya solusi pemecahannya. Kemudian beragam spekulasi mencuat bahwa kehadiran umat Islam terlebih para Aktivis Dakwah tak dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pemecaham masalah tersebut.
Sebagian individu muslim beranggapan bahwa Islam tempatnya hanya di masjid saja diluar itu Islam tidak berperan. Maka tak heranlah ketika kita melihat banyak orang yang Shalat tapi ia tetap mencuri, banyak yang menunaikan haji namun ia melakukan korupsi. Fenomena ini disebabkan umat melaksanakan Islam hanya dengan apa yang dipahaminya saja. Padahal sebenarnya Islam itu sangat luas, sasarannya dapat menyentuh keberbagai lini kehidupan makhluk. Maka pastikan pemahaman terhadap Islam pun tidak boleh bersifat parsial.
Oleh sebab itu Allah dan Rasul-Nya mewajibkan umatnya untuk dakwah dengan sebenar-benarnya dakwah, yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad saw, bukan yang hanya difahami oleh keterbatasan kita. Karena Dakwah adalah untuk meluruskan setiap yang bengkok dan mengislah setiap yang keliru. Dengan itu pemahaman tentang dakwah Rasulullah pun harus menjadi perhatian kita sebagai aktivis dakwah supaya tidak terjadi penyimpangan dalam perjalanan yang pada akhirnya bukannya dapat menyelamatkan orang lain dari keterpurukan, malah menjerumuskan mereka kelembah kebingungan.

Misi utama Rasulullah adalah menyampaikan risalah dakwah dan menegakan dinnullah. Kedua tugas ini adalah intisari perintah Allah dan fungsi dakwah Nabi Muhammad SAW. Risalatud da’wah yang dibawa Nabi adalah mengenalkan masyarakat Jahiliyah kepada pencipta. Hal ini memang tidak terlalu sulit karena manusia mempunyai fitrah dalam menerima Khaliq. Kemudian menjadikan mereka sebagai muslim, terkait dengan cara beribadah dan menjadikan Islam sebagai pedoman hidup manusia. Agar menekankan kesan yang mendalam, dakwah dapat dilakukan melalui tarbiyah Islamiyah yang menekankan pada bimbingan dan nasihat.
Perlu dipahami hal ikhwal apa itu dakwah, menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah bahwa dakwah adalah mengajak seseorang agar beriman kepada Allah dan kepada apa yang dibawa Rasul-Nya dengan membenarkan apa yang mereka beritakan dan mengikuti apa yang diperintahkan. Atau Dakwah adalah
دعوة الناس الى الله بالحكمة و الموعظة الحسنة حتى يكفروا بالطاغوت ويؤمنوا بالله ليخرجوا من ظلمات الجاهلية الى الاسلام
Dakwah Adalah mengajak manusia kepada Allah dengan hikmah dan nasihat yang baik sehingga mereka mengingkari thagut dan beriman kepada Allah agar mereka keluar dari kegelapan Jahiliyah menuju cahaya islam.
Devinisi ini berlandaskan dari Al-Qur`an surat An-Nahl ayat 125
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (125)
Kemudian dalam pelaksanaannya, dakwah harus benar-benar dipahami, dan harus sesuai dengan pedoman dan asholah yang ada. Seperti apa pengertiannya, bagaimana metodologinya, tahapan, serta apa karakteristiknya. Dan mengenai karakteristik dakwah pada kesempatan kali ini akan disampaikan beberapa karakteristik dalam dakwah. Diantaranya sebagai berikut :
  • Rabbaniyyah, artinya segala sesuatunya bersumber dari Allah (berorientasi keuhanan).
Dakwah yang Rabbani berarti dakwahnya hanya kepada Allah (إلى الله), bukan إِلَيَّ (kepada saya) tidak boleh adanya figuritas atau إِلَيْنَا (kepada kami) maksudnya berdakwah untuk kelompoknya. Dakwah kepada Allah juga berarti dakwah kepada Islam. Dalam Al-Qur`an surat Yusuf ayat 108 disebutkan
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (108)
Juga dalam Al-Qur`an surat An-Nahl ayat 125 yang telah diungkapkan diatas bahwa manusia di wajibkan untuk ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ serulah kepada Jalan Allah yaitu Islam. Pembahasan tentang Rabbaniyyah ini akan dituangkan dalam tulisan berikutnya.
  • Islamiyah qobla Jam’iyah (Islam dulu baru Organisasi)
Maksudnya disini adalah adanya tahapan dalam berdakwah. Dalam Marahilud Da’wah (tahapan dakwah) disebutkan ada lima yaitu: Tabligh, Taklim, Takwin, Tandzim, dan Tanfidz. Tiga dari awal (Tabligh, Taklim, dan Takwin) adalah sebagai Islamisasi/penyebaran Islam, sedangkan Tanzim dan Tanfidz sebagai organisasinya / sarana pengatur strategi dalam proses Islamisasi. Jika di ibaratkan Islamisasi adalah Batu batanya maka Organisasi adalah rumahnya.
  • Syumuliyah, dakwah harus bersifat sempurna (menyeluruh dan utuh), tidak boleh dilakukan sebagian saja. Hal ini akan menimbulkan parsial terhadap dakwah. Dakwah mesti mengajak manusia kepada Islam yang syamil (menyeluruh) bukan yang juz’I (sebagian saja) bukan kepada aqidah saja, bukan kepada fiqh saja, bukan kepada jihad saja, bukan kepada akhlak saja tapi islam lebih luas dari itu semua karena Islam adalah sistem yang syamil, mencakup seluruh aspek kehidupan. Islam adalah negara dan tanah air (pemerintahan dan umat), moral dan kekuatan (kasih sayang dan keadilan), wawasan dan undang-undang (ilmu pengetahuan dan hukum), materi dan kekayaan alam (penghasilan dan kekayaan), jihad dan dakwah (pasukan dan pemikiran), akidah yang murni dan ibadah yang benar. Itulah Islam, tidak kurang tidak lebih.
  • Mu’asirotun ghairu taqlidiyah, dakwah bersifat modern (kekinian). Dakwah memang harus dilakukan berdasarkan keasliannya yaitu Al-Qur’an dan Sunnah, namun cara, sarana, dan strategi yang dapat digunakan harus seiring dengan perkembangan zaman (kontemporer) agar mampu mengantisipasi dan mengimbangi perkembangan situasi dan kondisi di masyarakat dengan tetap berpegang pada nilai-nilai Islam. Lebih jelasnya akan di bahas melalui tulisan berikutnya.
  • Mahaliyah dan ‘Alamiyah, bersifat lokal dan Internasional (mendunia/universal) atau dengan kata lain Dakwah Islamiyah harus mencakup kedisinian dan kedisanaan. Artinya dimanapun berada dakwah sangat relevan dengan karakteristik masyarakat dimanapun berada. Karena dakwah yang mengglobal dan mendunia adalah cirri dakwah Islam. Jika kita memperhatikan, Semula Rasul berdakwah hanya di kalangan Quraisy saja alias bersifat loka dan ini adalah sebagai langkah awal, sebagaimana yang telah diperintahkan Allah kepada nya dalam surat Asyu’ara ayat 214
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ (214)
dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,
dan setelah Quraisy banyak melakukan penentangan, Rasulullah mengarahkan dakwah keluar Mekkah yaitu ke Thaif, Bani-bani di sekitar Mekkah Madinah kemudian setelah itu Penyebaran Islam dilanjutkan oleh sahabat dan generasi setelahnya. Hingga hari ini kita dapat merasakan nikmatnya Islam di tanah Indonesia ini adalah berkat dakwah Islamiyah yang mengglobal.
Allah berfirman:
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا وَتُنْذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ لَا رَيْبَ فِيهِ فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ (7)
Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya[1339] serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam.
[1339] Maksudnya: penduduk dunia seluruhnya.
Jika kita memperhatikan Semua agama yang ada si dunia memiliki negara, contohnya Hindu di India, Kristen Protestan di Amerika, Kristen Katolik di Vatikan, Budha di Thailand, Yahudi di Israel, bahkan komunis juga punya negara yaitu RRC dan Rusia. Kemudian bagaimana dengan Islam? Mestinya Islam tidak diidentikan dengan suatu negara tatapi perlu adanya kerjasama internasional dari setiap negara yang dikendalikan melalui khilafah. Karena menurut imam Al-Ghazali bahwa:
اِعْلَمْ أَنَّ الشَّرِيْعَةَ أَصْلٌ، وَالْمَلِكُ حَارِسٌ، وَمَا لاَ أَصْلَ لَهُ فَمَهْدُوْمٌ وَمَا لاَ حَارِسَ لَهُ فَضَائِعٌ
Ketahuilah bahwa sesungguhnya syari’at itu asas, sedangkan penguasa adalah pelindung. Apa saja yang tidak berasas akan hancur, dan apa saja yang tidak dilindungi akan hilang
Namun perlu difahami menuju Khilafah Islamiyah ada beberapa tahapan yang mesti dilakukan. Tidak begitu saja kita dapat menegakan khilafah di era yang begitu kritis ini. Lebih lanjut silahkan buka link berikut. Sekelimut tentang khilafah Islamiyah.
  • ‘Ilmiyah, berdasarkan pada ilmu dan pendekatan ilmiah sebagaimana yang telah Allah firmankan dalam surat Al-Isra ayat 36:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا (36)
dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Apa yang disampaikan dalam dakwah mesti dipertanggung-jawabkan secara ilmiah maka dalam hal ini perlu adanya pemahaman terhadap Islam itu sendiri melalui Al-Qur`an dan As-sunnah sebagai sumber pedomannya. Maka menjadi wajib seorang aktifis untuk mempelajari keduanya dan yang menunjang terhadap keduanya termasuk didalamnya wajib mempelajari bahasa Arab.
Kemudian dakwah bukan berasaskan pada emosi dan taklid yang hanya ikut-ikutan saja. Karena jika yang dibangkitkan itu emosi, maka ber-Islam bukan atas kesadaran tapi emosional, pada akhirnya dia mudah padam dan mudah diperalat oleh musuh.
Padahal Proses penyadaran yang Islami (تَوْعِيَّةٌ إِسْلاَمِيَّةٌ) adalah elalui tahapan berikut, pertama, dia mengetahui dengan mengenalnya terlebih dahulu, kemudian memahami apa yang dia ketahui, setelah itu dia mesti menyadari melaui kesadaran ber-Islam (الوَعيُ الإِسْلاَمِيَّ) dan terakhir berkreasi dan inovasi. Itulah proses ilmiyah dalam dakwah.
Namun mesti difahami juga dalam Fiqh Dakwah disebutkan kaidah:
اصلح نفسك و ادع غيرك
Artinya dalam proses berdakwah tidak menunggu kita shalih terlebih dahulu. Tetapi setiap aktifis mesti memaksimalkan potensi dirinya untuk menjadi teladan tanpa sebelumnya meninggalkan aktifitas dakwahnya. Maka perbaikan diri mesti di barengi dengan aktifitas dakwah didalamnya.
  • Bashiirah Islamiyah, memberikan pandangan yang islami dan keterangan yang nyata dengan bukti yang jelas hal ini sesuai dengan firman Allah yang bebunyi:
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (108)
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik".(QS. Yusuf : 108)
Tiga bashirah/ bukti yang nyata adalah:
1. Bukti-bukti ilmiah (البصِيْرَةُ العِلْمِية) yaitu Al-Qur’an, As-Sunnah, As-Sirah, pendapat-pendapat ulama dan ilmuwan
2. Bukti-bukti amaliah (البصِيْرَةُ العَمَلِية) disebutkan dalam Al-Qur`an surat Al-An’am [6] ayat 104. Dan bukti-bukti amaliyah ini adalah berupa Qudwah, kepedulian dll.
3. Bukti-bukti lapangan (البصِيْرَةُ المَيْدَانِية) keberhasilan dakwah di berbagai bidang dan di berbagai negara.
  • Menciptakan mana’ah, daya tahan (imunitas) dari segala bentuk kemaksiatan, serta mampu berorientasi kepada pencapaian penguasaan teori, penguasaan moral, dan pengusaan amal.
Imunitas ini disebabkan oleh:
1. Pengenalan pada mabda’
2. Pengenalan pada fikrah
3. Pengenalan pada manhaj
4. Kemauan yang kuat
5. Kesetiaan yang kokoh
6. Gerakan yang berterusan
7. Jiwa pengorbanan
Pengenalan pada Mabda’, Fikrah, dan manhaj termasuk kepada (الإِسْتِيْعَابُ النَّظَرِي ), kemudian Kemauan yang kuat dan kesetian yang kokoh termasuk kepada kategori (الإِسْتِيْعَابُ الْمَعْنَوِي ), terakhir Gerakan yang berterusan dan Jiwa pengorbanan termasuk kepada (الإِسْتِيْعَابُ الْحَرَكِي ). Lebih jauh akan dijelaskan mengenai Imunitas ini dengan penjelasan dari mesing-masing poin yang disebutkan, pada tulisan berikutnya.
  • Inqilabiyyah ghairu Tarqiyyah Perubahan total bukan tambal sulam
Perubahan ini harus totalitas tidak hanya tambal sulam saja. Contohnya para sahabat yang begitu terkenal Bilal bin Rabwah setelahnya dia menyatakan sahabat maka semua kehidupannya total untuk Islam. Ataupun Umar bin Khattab yang setelah beliau masuk Islam 180 derajat kehidupannya berubah total, dari asalnya seorang preman yang sangat sarang dan ditakuti, setelah ia masuk islam ia dikenal sebagai pembela Islam yang sangat adil dan lembut hati.
Dalam hal ini yang diperlukan adalah harus adanya FURQAN (pembeda antara sebelum islam dan sesudah islam). Furqan bisa didapatkan melalui TAQWA, sebagaiman yang difirmankan oleh Allah dalam surat Al-Anfal ayat 29::
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (29)
Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan[607]. dan Kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. dan Allah mempunyai karunia yang besar.
[607] Artinya: petunjuk yang dapat membedakan antara yang haq dan yang batil, dapat juga diartikan disini sebagai pertolongan.
Itulah sembilan karakteristik dakwah Islamiyah yang mesti difahami oleh setiap pengemban dakwah dimana pun berada. Dengan ini seorang aktivis akan merasakan keefektifan dalam berdakwah, meperlihatkan keagungan Allah kepada seluruh makhluk di alam ini dengan sempurna, yang pada akhirnya terdengarlah gaung Takbir ALLAHUAKBAR disegala penjuru dunia, berkat apa yang kita perjuangkan biidznillah. Moga tetap istiqomah..
Sumber Inspirasi:
Al-qur`anul Kariimdan teremahan DEPAG RI
Maktabah Syamillah
Rasmul Bayan
Risalah Manajemen Dakwah Kampus (2007; SPMN FSLDK Nasional)
Modul Tarbiyah Islamiyah (2009; Lembaga Kajian Manhaj Tarbiyah [LKTM])

0 komentar:

Posting Komentar

 

KABAR TERKINI

KATA MUTIARA

GALLERY