Rabu, 08 Mei 2013

Belajar dari kepergian Uje


Oleh : Abu Mursi Abdul Ghoni
Satu pekan lebih Indonesia kehilangan putra terbaiknya, seorang putra Indonesia yang mampu memberikan motivasi dan Inspirasi kepada setiap ummat Islam bahkan dapat menembus ruang ras, suku, bangsa dan agama. Hal ini ia lakukan untuk mengamalkan salah satu firman Allah yang menggambarkan dakwah Rasulullah saw: “wamaa arsalnaka Illaa rahmatan lill ‘alamiin” dan kami utus engkau (Muhammad) untuk memberikan kasih sayang kepada seluruh alam semesta.  Dan kini beribu pasang mata manusia di Indonesia bahkan di dunia ini, menyaksikan pengamalan firman Allah ini oleh salah seorang pemuda berusia 40 tahun yaitu Al-Ustadz Jefri Al-Buchari.
Uje itulah panggilan akrabnya, 40 tahun malang melintang hidup di dunia ini dengan sekelibat lika liku kehidupan yang dijalaninya. Dimulai dari masa kecil yang penuh dengan presatasi yang gemilang dalam agama, Uje kecil sudah fasih dalam membaca Al-Qur`an bahkan ia pernah menjuarai MTQ tingkat Nasional. Memang jiwa islami telah tertanam dari kecil, buah dari tarbiyah kedua orangtuanya.
Namun bertambahnya umur Uje, tidak diiringi bertambahnya akhlak yang baik yang ia miliki, Ia malah berkempung dengan dunia gelap yang ia lakoni beserta rekan-rekan artisnya. Menurut keterangan Uje ia pernah mabuk-mabukan, main wanita sampai narkoba. Bahkan ibunya pernah mengatakan “jangan bilang aku Ibu” saking Uje tak dapat diatur. Hal ini sangat bertolak belakang sekali dengan kebiasaan kecilnya yang rajin mengaji, sholeh dan berbakti pada orangtua. Namun secercah cahaya ditengah hirup pikuk itu muncul disela-sela aktifitasnya tatkala sholat berjamaah dengan rekan-rekannya Ujelah yang dipercaya menjadi Imam, dan luarbiasa sikap tegas tatkala rekan-rekannya itu menjadikan shalat sebagai lelucon Uje malah menceramahi mereka dengan kata-kata: “kalau masalah ibadah harus serius jangan main-main”.
Setelah itu, Uje menghilang entah kemana, rekan-rekannya tak tahu Ia ada dimana, hingga ia datang mengagetkan rekan-rekannya itu dengan berpakaian jubah yang panjang pakai sorban dan berjanggot sangat lebat. Dan itulah pertobatan Uje dari dunia kelam menuju dunia terang benderang, Ia menjadi seorang Da’i dalam Islam dengan keunikan cara dakwahnya yang menyentuh semua kalangan hingga non muslimpun banyak yang tersentuh.
Kurang lebih 12 tahun Uje berdakwah di negeri Indonesia ini banyak hal yang kita dapatkan dari dakwah-dakwahnya. Dan akhirnya Allah swt lebih sayang kepadanya Uje wafat dalam kecelakaan tunggalnya di Jakarta Jum’at dini hari tanggal 26 April 2013. Kepergian Uje ditangisi oleh oleh rakyat Indonesia, semua tokoh memberikan bela sungkawanya sekaligus ta’jiah menuju rumah dan pekuburannya. Namun apa boleh dikata Allah memiliki skenario indah dengan wafatnya beliau. Apakah sekenario yang indah itu?
Dalam tulisan ini penulis ingin mengungkapkan analisis sekenario itu yang kemudian ini menjadi suatu hikmah yang dapat diambil oleh setiap insan di dunia ini.
·         Pertama, apa yang ditakdirkan Allah swt pasti tak ada yang sia-sia, pasti ada hal yang dapat diambil pelajaran dan hikmahnya.
·        Kedua, dengan wafatnya Uje yang belakangan tenyata memiliki kebiasaan-kebiasaan mulia ini terungkap apa saja kebiasaan-kebiasaan itu yang kala Uje hidup tidak teungkap.
·      Ketiga, masyarakat akhirnya membuka mata dan ingin mendengarkan seraya mengatakan ‘ooh subhanallah ternyata Uje itu orangnya seperti ini-seperti itu’ dan dari yang berbicara itu semuanya bernada positif. Dan ini tatkala Uje masih hidup kata-kata itu hanya diucapkan oleh segelintiran orang saja.
Inilah tiga himah yang penulis tangkap dari wafatnya almarhum Uje. Wafatnya sebagai takdir dari Allah swt meski pada malam itu sudah banyak sahabat dan keluarganya yang melarang Uje ceramah naik motor gedenya, karena sudah banyak firasat akan kewafatan Uje. Ingat Rasulullah saw bersabda: “Waspadalah terhadap firasat seorang mukmin. Sesungguhnya dia melihat dengan nur Allah." (HR. Tirmidzi dan Ath-Thabrani). Dan ternyata ketika takdir Allah itu sudah harus menghampiri Uje, tiada satupun orang yang dapat menghalanginya. Allah kuasa atas segalanya.
Jika Anda saksikan manakala Uje wafat kemudian Uje disholatkan sampai dikuburkan, banyak sekali para pelayat yang mendatangi rumahnya, mengantarkan, menshalatkan dan menguburkan jenazahnya. Ini pertanda Uje memiliki kharisma positif dihadapan masyarakat Indonesia, perlu diingat bahwa kita hidup bukan banyaknya orang mengenal kita, namun kita hidup bagaimana orang mengenal kita, artinya meskipun banyak orang yang mengenal kita namun kenalnya orang terhadap kita gara-gara kenakalan, kebrutalan atau bahkan kejahatan kita maka banyaknya itu semuanya tak mendatangkan manfaat terhadap kita. Sebaliknya meskipun sedikit orang yang mengenal kita dan mereka mengenal terhadap kebaikan kita maka disanalah letak keberuntungan terhadap kita. Apalagi jika banyak orang yang mengenal kita dan mereka kenal dengan kebaikan kita, itulah yang kita saksikan buktinya akhir-akhir ini. Uje,,betul dialah orangnya. Semoga Allah berkahi kehidupannya dan berikan tempat yang terbaik di akhirat.
Dengan wafatnya Uje banyak orang yang diingatkan bahwa hidup harus berbagi kebahagian antara sesama. Dengan itu pula banyak orang yang dingatkan bahwa hidayah dan rahmat Allah sangatlah luas, seorang Uje yang dahulu adalah pecandu dan pemabuk kemudian bangkit dari keterpurukan untuk mendapatkan rahmat dan hidayah Allah dan terbukti dengan kesungguhannya ia wafat insyaallah dalam khusnul khatimah. Tentu rahmat dan hidayah Allah bukan haya untuk Uje saja tapi bagi setip makhluk yang hidup di dunia ini, baik muslim ataupun non muslim, dengan syarat kita sungguh-sungguh mendapatkan hidayah dan rahmat Allah.
Terakhir, suatu ketika Uje di wawancarai oleh wartawan, dan ditanyai kepadanya apakah keluarga Anda siap kalau dijadikan teladan bagi setiap keluarga-keluarga di Indonesia?, kemudian Uje menjawab “aah saya hanya manusia biasa banyak salahnya berat kalau harus menjadi teladan bagi masyarakat banyak. Taladan kita kan sudah ada, Rasulullah itulah teladan kita, beliau sudah dijamin Allah masuk syurga, beliau juga ma’sum dari kesalahan. Maka teladanilah beliau.” Ujarnya. Kerandahan hati seorang Uje terlihat dari lontaran kata yang diungkapkannya dan ini bertanda bahwa beliau mengajak masyarakat untuk meneladani Rasulullah saw sebagai panutan setiap aspek kehidupan kita di dunia. Bayangkan ummatnya saja seperti keluarga Uje sangat harmonis dan dipenuhi ketenangan serta keberkahan dan itu kita saksikan bersama, apalagi diri dan keluarga Rasulullah saw sebagai panutan Uje maka akan semakin sempurna dan paripurna, oleh sebab itu mari kita teladani Rasulullah saw.
Wallahua’lam, selamat jalan Uje, moga kau diberikan tempat yang terbaik disisi-Nya dan Jannah menjadi tempat abadi yang kau tempati.[]
Read more »

 

KABAR TERKINI

KATA MUTIARA

GALLERY